Pada abad kedua puluh lima masehi/
Bulan tertelungkup pada gelas-gelas birahi/
Menghadap kiblat, debu dan ombak/
Suara, kebingungan, kebiadaban, di depan altar mereka berserak//
Tidak ada yang pernah mengingatmu, katanya//
Tidak ada yang pernah peduli, katanya//
Tidak ada yang pernah memujamu, katanya//
Berkelakar ia bimbang/
Menyaksikan persembahan tubuh-tubuh yang telanjang//
Demi keseimbangan/
Demi korban dan kesetiaan//
Bulan-bulan berlari di antaranya/
Persegi empat bergerak tanya/
Adakah sisa-sisa keabadian bermuara?/
Adakah sisa-sisa kefanaan bermuara?//